Udah mau pagi, tapi belom bisa tidur. Semua ini karena engkau wahai kopi. Musnahlah!! Musnahlah!
Yaudah kalo gitu gue cerita aja. Tapi sedikit galau.
Jadi gini...
Bentar lupa...
Ohiya, jadi tuh sekarang lagi uas. Masih dua mata kuliah lagi, TAKE HOME.

Sabtu, 06 Juni 2015
Sabtu, 28 Februari 2015
So Long, Hola.
!HALOOOOOO!
HALOOOOOOOOO
HALOOOOOOOOOOOOO
Lama juga udah ga ngeblog. Kangen.
Terakhir ngepost buat tugas PSAK hehehehehehehe
Abis baca postingan jadul, ngakak.
SUPER BEGO
Mau cerita banyak banget. Sekarang udah kuliah. Gabanyak cerita pas SMA, samasekali ga nyentuh blog. IDK. Pas SMA cuma ngepost soal doang, abis itu udah deh hehehe.
Sekarang lagi suka banget main:
SECRET.
tapi bukan secret yang ini ya

FAK WKWKWK.
UDAH 2015 NIH. UDAH 19 TAHUN. UDAH KULIAH. UDAH LULUS SMA.
TAPI
stay jomblo
Sabtu, 23 Agustus 2014
Observasi Kehidupan Bapak Ikhwan
Pada tanggal 18 Agustus 2014, saya dengan teman-teman dari kelompok 22 melaksanakan observasi pada jam 11.00 sampai jam 13.00, yang berlokasi di belakang Mall Depok Town Square dan di seberang rel. Kami telah mengobservasi kehidupan bapak Ikhwan yang merupakan pengamen yang biasa mengamen di Margonda dan sekitarnya.
Selama
menjalanji observasi, saya merasa lebih bisa melihat kehidupan yang ada di
pinggiran kota dan lebih mengenal kehidupan seorang pengamen yang bekerja
dengan ikhlas dan gigih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dari keikhlasan
dan kegigihan pak Ikhwan dalam mencari rezeki setiap harinya ternyata dapat
memotivasi dan menyadarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita
dapat.
Bapak
Ikhwan adalah seorang pengamen yang berumur 32 tahun, ia biasa mengamen di
sekitar Margonda. Ia merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara, tetapi salah satu
saudaranya telah meninggal. 2 kakaknya bekerja di sebuah kantor di Kemayoran
dan 2 adiknya bekerja sebagai pengamen, sama seperti dirinya. Oleh karena itu
Bapak Ikhwan selalu dibeda-bedakan dengan kakaknya yang bisa kerja di kantoran,
Pak Ikhwan dulu tidak lulus SMP karena pada tahun 1994 tidak mendapat tunjangan
pendidikan pada masa pemerintahan Soeharto, sedangkan kakaknya dapat lulus STM
karena dibantu oleh saudaranya. Sebelum menjadi pengamen, Bapak Ikhwan pernah
bekerja di Harcomas Glodok, tetapi karena gajinya tidak mencukupi akhirnya ia
keluar dari pekerjaan tersebut. Sekarang ini ia masih tinggal bersama dengan
orangtuanya, Bapaknya merupakan seorang pensiunan. Bapak Ikhwan memilih untuk
tetap tinggal dengan orangtuanya di kontrakan di daerah Citayem karena ia belum
siap menikah karena ia takut tidak dapat menafkahi keluarganya sendiri. Setiap
harinya Bapak Ikhwan pergi mengamen pada jam 11.00 menggunakan kereta
commuterline dan kembali pulang pada saat sore hari. Untuk memenuhi
kebutuhannya saat ia sakit, Bapak Ikhwan selalu pergi ke Puskesmas, ia memilih
untuk tidak membuat kartu BPJS karena dipersulit. Suka selama menjadi pengamen
adalah, dulu saat ia sedang mengamen ia pernah diberikan 50 ribu dan dibayari
makan oleh seseorang. Dan dukanya selama menjadi pengamen, ia selalu dihina
oleh orag-orang dang dipandang sebelah mata, karena selama dia menjadi rakyat
kecil ia selalu tidak dianggap.
Sikap
saya dengan fenomena pengamen ini adalah, kita harus bisa menghargai jerih
payah usaha orang lain karena sebruk apapun pekerjaan seseorang tetapi masih
dalam batas halal dan wajar harus tetap kita hargai dan kita tidak boleh memandang sebelah
mata seseorang tersebut, karena rakyat kecil juga memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kemudian
selain itu, pemerintah juga berperan penting dalam menghidupi orang-orang yang
berada di bawah garis kemiskinan.
Dari
fenomena tersebut muncul pertanyaan dalam benak saya. “Pada pasal 34, Bab XIV,
UUD 1945 dikatakan bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Tetapi dengan melihat fenomena seperti ini, apakah pasal tersebut terlaksana?”
Langganan:
Postingan (Atom)